Rahasia tersembunyi di balik kemunculan Scatter Olympus akhirnya terbongkar setelah seorang programer asal Semarang mengaku berhasil meretas pola logika permainan tersebut dan membagikan temuannya secara terbatas.
Seorang programer independen bernama Alif Rahman (29) menggegerkan komunitas daring setelah mengklaim telah menemukan celah algoritma Scatter Olympus. Informasi tersebut ia sampaikan melalui unggahan terbatas kepada rekan sesama pegiat coding dan disambut antusias oleh sejumlah pengguna yang telah lama mempelajari pola permainan sejenis.
Menurut keterangan beberapa anggota komunitas digital yang tergabung dalam forum pengembangan logika aplikasi, Alif awalnya hanya ingin menunjukkan sisi matematis dari perilaku acak permainan Olympus. Namun tanggapan dari pengguna lain yang berhasil menguji hasilnya membuat informasi itu menyebar jauh melampaui komunitas awal.
Peristiwa ini pertama kali terungkap pada pertengahan Juli 2025, saat tangkapan layar dari simulasi hasil spin Olympus yang dilakukan Alif tersebar luas di media sosial. Beberapa pemain menyebutkan bahwa pola scatter yang semula dianggap acak ternyata memiliki pola interval jika diamati dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hasil analisisnya, Alif menemukan bahwa scatter Olympus memiliki jeda tertentu antara satu siklus dan siklus lainnya. Ia menggunakan pendekatan logaritmik dan simulasi skrip Python untuk merekam lebih dari 1.000 percobaan dan menemukan pola kemunculan scatter dengan akurasi mendekati 68% dalam kondisi tertentu.
Alif yang tinggal di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, mengatakan bahwa ia tidak pernah berniat menyebarluaskan temuannya secara publik. �Saya hanya ingin membuktikan bahwa tidak semua hal benar-benar acak. Beberapa sistem buatan pasti menyimpan logika yang bisa dibaca,� katanya saat dikonfirmasi rekan komunitas melalui siaran daring internal.
Meski Alif tidak banyak bergaul di lingkungan tempat tinggalnya, beberapa tetangga mulai mendengar soal aktivitasnya dari pemberitaan di internet. Salah satu tetangga, Hartono (47), mengaku kaget mengetahui bahwa anak muda pendiam di lingkungannya ternyata membuat heboh dunia maya. �Anaknya jarang keluar rumah, tahu-tahu viral saja,� ucapnya sambil tertawa kecil.
Alif mengaku bahwa ia tidak tertarik pada hasil akhir permainan, tetapi lebih pada bagaimana logika sistem bekerja. Ketertarikannya pada enkripsi dan pemrograman membuatnya mencoba memahami kode-kode di balik visual permainan. Ia menghabiskan waktu tiga bulan untuk mengumpulkan data dari simulasi secara manual dan membandingkannya dengan pemodelan acak buatan sendiri.
Meski banyak yang kagum, tak sedikit pula pakar teknologi yang mempertanyakan batas etis dari analisis tersebut. Menurut Dosen Teknik Informatika Universitas Diponegoro, Dr. Ervina Yuliani, M.Kom., tindakan semacam ini harus dibatasi pada ranah eksperimen pribadi. �Kalau dibagikan ke publik tanpa kontrol, dikhawatirkan bisa disalahgunakan,� ujarnya saat dihubungi secara daring.
Sampai berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari pengembang permainan Olympus terkait klaim pembongkaran sistem scatter oleh programer asal Semarang itu. Namun komunitas pemain dan analis game daring telah mulai memperdebatkan validitas dari hasil analisis tersebut dan dampaknya terhadap ekosistem permainan secara umum.
Beberapa forum daring kini menetapkan batasan diskusi untuk membatasi penyebaran terlalu luas. Admin forum menyebutkan bahwa informasi yang terlalu teknis mengenai logika permainan bisa merusak keseimbangan komunitas jika disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kisah Alif dan pembongkaran pola Scatter Olympus menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi memungkinkan individu memecahkan sistem yang tampaknya kompleks. Di sisi lain, hal ini menjadi pengingat penting bahwa literasi digital harus dibarengi dengan kesadaran etis dalam berbagi informasi. Alif sendiri kini memilih untuk berhenti membagikan data temuannya dan kembali fokus pada pekerjaan utamanya sebagai pengembang perangkat lunak lepas.