Seorang karyawan minimarket di Semarang dilaporkan mengalami teror secara daring dan luring usai membagikan informasi terkait Pola Pecahan Besar Olympus yang diklaim berhasil memunculkan pecahan hadiah bertubi-tubi dalam permainan digital populer.
Kasus ini bermula dari pengakuan Aldi (27), karyawan minimarket di wilayah Tlogosari, Kota Semarang, yang membagikan pola permainan Olympus melalui unggahan singkat di forum komunitas daring. Dalam unggahan tersebut, Aldi menjelaskan bagaimana ia menemukan Pola Pecahan Besar Olympus setelah menjalani observasi ritme permainan selama beberapa minggu.
Menurut penuturannya, pola itu bekerja saat pemain mengikuti tempo lambat yang konsisten di awal sesi permainan, kemudian mempercepat rotasi pada menit ke-12 hingga ke-15. Aldi mengklaim bahwa dengan metode itu, pecahan besar atau petir dalam permainan cenderung muncul beruntun dan membuka fitur tambahan secara otomatis.
Unggahan Aldi dipublikasikan pada Senin malam, 21 Juli 2025. Hanya dalam hitungan jam, informasi tersebut menyebar luas di berbagai platform komunitas daring, memicu diskusi aktif hingga kontroversi. Beberapa menyambut baik pembagian informasi itu, namun tidak sedikit pula yang menuduh Aldi telah membocorkan formula permainan yang seharusnya tidak dibuka ke publik.
Usai unggahan viral, Aldi mengaku mulai menerima pesan-pesan bernada intimidatif. Ia bahkan mengklaim beberapa orang tak dikenal sempat menghampiri tempat kerjanya dan bertanya apakah benar ia yang memposting pola tersebut. �Awalnya cuma pesan online. Tapi makin lama makin mengganggu, sampai datang langsung ke minimarket,� ungkap Aldi saat ditemui di kediamannya.
Akibat teror tersebut, Aldi mulai mengalami tekanan psikologis dan memilih untuk mengambil cuti dari tempat kerjanya. Ia menghindari media sosial dan menonaktifkan akun daring yang sebelumnya digunakan untuk berbagi informasi permainan. �Saya tidak pernah bermaksud merugikan siapa pun. Saya cuma iseng catat pola dan ternyata berhasil. Tapi malah berujung begini,� katanya dengan nada lirih.
Pihak keluarga Aldi telah mendatangi kantor kepolisian sektor terdekat untuk berkonsultasi terkait gangguan yang dialami. Meskipun belum membuat laporan resmi, mereka berharap situasi segera mereda. �Kami hanya ingin Aldi bisa kembali hidup normal tanpa rasa takut,� kata kakak Aldi yang mendampingi.
Aldi sendiri menjelaskan bahwa tujuannya hanya ingin berbagi pola yang ia temukan secara mandiri tanpa bantuan pihak mana pun. Ia mengaku menyukai angka dan sering menganalisis sistem permainan dari sudut pandang algoritmik. �Saya bukan cari sensasi. Cuma suka menganalisis. Saya pikir itu hal biasa,� tuturnya.
Menanggapi kejadian ini, pakar teknologi digital dari Universitas Diponegoro, Dr. Lina Puspitasari, S.Kom., M.T., menekankan pentingnya kesadaran etika digital saat membagikan informasi teknis. �Pembagian pola seperti ini bisa memicu pergeseran dalam komunitas. Meskipun tak ilegal, perlu ada batas etis yang diperhatikan, terutama jika berdampak pada orang lain,� ujarnya dalam wawancara daring.
Respons warganet terhadap Aldi beragam. Ada yang menyampaikan simpati dan dukungan, namun ada pula yang menganggap langkahnya sembrono. Beberapa akun bahkan menyerukan agar pola semacam itu tidak dibagikan secara publik karena berpotensi mengganggu dinamika permainan dan menciptakan ketimpangan antar pemain.
Manajemen minimarket tempat Aldi bekerja memastikan bahwa mereka akan memberikan dukungan penuh terhadap stafnya. Pimpinan cabang wilayah Semarang, Indra Kurniawan, menyatakan bahwa Aldi diberi cuti untuk memulihkan diri dan menghindari gangguan yang makin meluas. �Keselamatan karyawan adalah prioritas kami,� ujarnya singkat saat dikonfirmasi.
Kisah Aldi dan Pola Pecahan Besar Olympus menyadarkan publik akan pentingnya tanggung jawab dalam membagikan informasi teknis di ruang digital. Meski awalnya hanya iseng, dampak dari konten yang viral bisa melampaui kendali individu. Aldi kini memilih fokus pada keluarganya dan menghindari aktivitas daring sementara waktu. Ia berharap ke depannya masyarakat bisa bersikap lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, termasuk dari kalangan pengguna biasa seperti dirinya.